Siapa sangka danau alami yang gersang dipenuhi pepohonan dan biasa menjadi tempat memancing ini justru berubah menjadi danau yang memiliki daya tarik serta menjadi destinasi wisata.
Danau yang merupakan peninggalan penjajahan Jepang tersebut bernama Danau Shuji.
Danau alami nan indah itu berada di Desa Lembak, Kecamatan Lembak, Kabupaten Muaraenim, Provinsi Sumatra Selatan.
Konon katanya, menurut cerita warga Desa Lembak, danau ini dinamai Shuji lantaran jenderal ternama negara Sakura bernama Shuji pernah tinggal menetap di tempat tersebut.
Lalu, di tangan sekelompok pemuda Desa Lembak yang dimotori oleh Bob Permana, lokasi yang menjadi pusat memasak tentara jepang itu dirubah menjadi destinasi wisata yang memukau.
Bob Permana selaku pioneer sekaligus tokoh pemuda Lembak mengungkapkan terbentuk destinasi wisata itu keinginan dirinya dan para pemuda Lembak.
Danau Shuji di Desa Lembak, Muaraenim. (tribunsumsel.com/edison)
Kemudian ia bersama 20 pemuda desa pada pertengahan Mei 2020 membersihkan danau dan terus melakukan pembenahan dan telah mempekerjakan lebih dari 60 pemuda desa.
“Danau ini dari dulu sudah bernama Shuji karena merupakan markas dapur umum tentara Jepang, sampai sekarang tetap dikenal Danau Shuji,” ujar Bob ketika dibincangi.
Sejak dibuka pengunjung yang datang lebih dari 2000 orang per hari khusus weekend Sabtu-Minggu, untuk Senin-Jumat pengunjung lebih dari 200 orang perhari.
“Kami bersyukur animo masyarakat sangat tinggi, kedepan fasilitas akan terus ditambah dan dibagian depan danau nantinya akan dijadikan taman edukasi dengan bekerjasama Pertamina karena di depan merupakan lahan perusahaan,” katanya.
Sementara di bagian ujung tengah danau akan dibangun jembatan dan wahana flying fox. Danau sendiri dibuka secara bertahap hingga nantinya panjang 500 meter dengan lebar hampir 100 meter.
Danau Shuji di Desa Lembak, Muaraenim. (tribunsumsel.com/edison)
“Kita terus melengkapi fasilitas dan kita terapkan biaya semurah mungkin, khusus warga Lembak kita gratiskan,” ungkap Bob.
Untuk menuju danau tersebut, membutuhkan waktu sekitar 2 jam dari Kota Muaraenim, sekitar 20 menit dari kota Prabumulih, dan 1,5 jam dari Palembang.
Meski tergolong baru, namun berbagai fasilitas disediakan di danau yang menyerap lebih dari 60 orang pemuda desa tersebut sudah lengkap.
Seperti halaman parkir yang sangat luas, perahu tradisional dan perahu bebek untuk berkeliling danau, rompi pelampung, saung atau gazebo, mushola, toilet, serta fasilitas lainnya.
Adapun tiket masuk gratis, pengunjung hanya dikenakan biaya parkir saja dimana pengendara motor dikenai tarif Rp 3000 dan pengendara mobil Rp 5000.
Sementara untuk sewa naik perahu tradisional dan perahu bebek Rp 5000 per orang selama satu jam, untuk sewa Saung/gazebo Rp 20 ribu per orang selama satu jam.
Selain biaya yang murah, pengelola bahkan memperbolehkan pengunjung membawa sendiri makanan namun dengan catatan harus menjaga kebersihan.
Di saat pendemi Covid-19, pengelola Danau Shuji Lembak tetap menerapkan protokol kesehatan.
Pengunjung harus mencuci tangan ditempat disediakam, menggunakan masker dan protokol kesehatan lainnya.
Jadi tunggu apa lagi, silahkan menikmati keindahan danau nan alami sembari berwisata berkeliling menggunakan perahu dan jika enggan berperahu bisa menikmati keindahan danau dari Saung disediakan.
Sementara Neni Agustin dan temannya mengaku datang ke danau shuji lantaran penasaran danau viral di media sosial peninggalan penjajahan jepang nan indah.
“Danau Shuji ini viral merupakan danau baru dengan pemandangan yang indah, makanya kami jauh-jauh dari Semende Muaraenim ke sini untuk melihat keindahan danau dan ternyata memang bagus,” ujar Neni Agustin ketika dibincangi.
Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Indahnya Danau Shuji di Desa Lembak Muaraenim Sumsel, 90 Menit dari Palembang, Peninggalan Jepang, https://palembang.tribunnews.com/2020/08/01/indahnya-danau-shuji-di-desa-lembak-muaraenim-sumsel-90-menit-dari-palembang-peninggalan-jepang?page=3.
Editor: Refly Permana